19 Pengaruh Maksiat menurut Ibnu Qoyyim
MAKSIAT adalah lawan dari taat, istiqomah dan taqwa.
Sikap wara’ adalah berhati-hati dari berbuat ma’siat. Perbuatan maksiat sangat
banyak ragam dan macamnya.
Melakukan perbuatan
yang dilarang oleh AllahSubhanahu Wata’ala terhitung sebagai
maksiat. Demikian pula meninggalkan perkara yang diperintah dan diwajibkan oleh
Allah juga dianggap sebagai maksiat. Maka perbuatan dusta, ghibah, mengadu
domba, mencuri, berzina, minum khomer, membunuh jiwa yang diharamkan Allah,
sihir, makan riba, makan harta anak yatim, durhaka kepada kedua orang tua,
berjudi dan lain sebagainya semua itu terhidtung sebagai perbuatan maksiat
kepada Allah.
Orang yang berbuat
maksiat adalah orang yang berbuat hal yang sia-sia, orang menyia-nyiakan waktu,
yang berbuat jelek, pendosa, orang fasik dan orang yang mencampur aduk amal
sholeh dengan amal buruk. Semua kriteria tersebut telah disebut di dalam
Al-Qur’anul Karim.
Bila disebut Istilah maksiat
kepada Allah dan Rasul-Nya bisa bermakna kufur dan berbuat fasik,
demikian Ibnu Taimiyah mengatakan.
وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولهُ فَإِنَّ لهُ نَارَ جَهَنَّمَ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا
“Dan barangsiapa yang
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam,
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS: Jin 23)
Awal mula Terjadinya
Maksiat
Maksiat yang pertama
kali terjadi di langit adalah karena adanya sifat dengki (hasud). Ini adalah
maksiatnya Iblis ketika ia enggan bersujud kepada Adam alaihis salam, dan
tidak mau melaksanakan perintah Allah serta menyombongkan diri, maka dari itu
ia dihukumi sebagai golongan yang kafir kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Maksiat yang pertama
kali terjadi di bumi adalah maksiat yang dilakukan putra Adam, ketika ia
membunuh saudaranya juga terjadi karena sifat dengki. Ketika mereka
berdua mempersembahkan qurban untuk Allah Subhanahu Wata’ala.
Qurban yang pertama diterima sedangkan qurban yang lain ditolak oleh Allah,
maka yang qurbannya ditolak muncul sifat dengkinya kepada saudaranya yang
diterima qurbannya sehingga ia membunuhnya.
Pengaruh Maksiat dalam
Kehidupan
Di dalam Kitab Al-Jawabul
Kafi, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah merinci dampak-dampak buruk dari
perbuatan dosa dan maksiat terhadap kehidupan seorang hamba baik di dunia
maupun di akhirat. Diantaranya;
1. Terhalang untuk
mendapatkan keberkahan ilmu. Ilmu adalah cahaya yang dinyalakan Allah di dalam
hati seorang hamba, dan maksiat mematikan cahaya tersebut.
2. Kegelisahan yang
dirasakan pelaku maksiat di dalam hatinya, dan hilangnya ketenangan dari dalam
hati.
3. Allah akan mempersulit
setiap urusan dalam hidupnya.
4. Menimbulkan sifat
lemah baik pada agama dan badannya, sehingga pelaku maksiat terasa berat dan
malas untuk melakukan ketaatan.
5. Maksiat menghilangkan
keberkahan umur dan melenyapkan kebaikannya
6. Perbuatan maksiat akan
mengundang perbuatan maksiat lainnya, sebagaimana ketaatan akan mengundang
ketaatan yang lai
7. Maksiat akan
menghalangi seseorang dari taubat kepada Allah dan pelaku maksiat akan menjadi
‘tawanan’ bagi syaitan yang menguasain
8.
Maksiat yang dilakukan
berulang-ulang akan menanamkan rasa cinta terhadap maksiat itu sendiri di dalam
hati, sehingga pelaku maksiat akan merasa bangga dengan maksiat yang dia
lakuka
9. Maksat akan
menghinakan dan menjatuhkan kedudukan seorang hamba di hadapan Tuhannya.
10. Akibat buruk dari
maksiat akan menimpa semua makhluk; manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.
11. Maksiat akan
melahirkan kehinaan
12. Maksiat bisa merusak
akal fikiran dan menghilangkan kecerdasannya
13. Maksiat akan menutup
mata hati, menyebabkan kerasnya hati, dan pelakunya dianggap sebagai orang yang
lalai.
14. Maksiat mendatangkan
laknat Allah dan Rasul-Nya
15. Maksiat akan
menghalangi doa malaikat dan Rasulullah
16. Maksiat menyebabkan
kerusakan, keguncangan, gempa dan musibah
17. Maksiat bisa mematikan
semangat, menghilangkan rasa malu, membutakan mata hati
18. Maksiat dan dosa bisa
melenyapkan nikmat dan mendatangkan bencana
19. Maksiat dan dosa akan
meninggalkan tatatan masyarakat yang rusak akhlak dan agamanya.*/Imron Mahmud
Sumber :
http://www.hidayatullah.com
Komentar
Posting Komentar